Ku tatap atap dunia, tak ada harapan disana…
Senja berlalu begitu saja…
Meninggalkan seonggok dosa tanpa terburai…
Sebetulnya Senja itu cinta…
Cinta yang terkemas dalam kabung kenistaan, kemunafikan, dan
keserakahan sang pejantan…
Namun tetap saja Senja itu cinta…
Dia lah yang menggugahku menjadi utuh…
Dia juga yang membusukkan rahimku…
Rahim yang sempat menjaganya dari hinaan sang pejantan…
Namun tetap saja Senja itu cinta…
Cinta yang memberiku arti “nyawa” yang sesungguhnya…
Namun Senja tetap saja berlalu menjadi cinta dalam drama hidupku…